MEDIAPAGI.CO.ID, OKI – Siapa sangka, bangunan anggun yang berdiri menghadap Sungai Komering di Kelurahan Jua-Jua Kecamatan Kayuagung, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumsel adalah masjid tertua di OKI.
Masjid Al-Furqon, masjid berwarna hijau ini ternyata dibangun pada tahun 1913-1915 Masehi. Awalnya bangunan masjid hanya berbahan kayu saja, seiring jalannya waktu beberapa bagian harus direnovasi dengan bahan beton karena termakan usia.
Namun beberapa bagian bangunan Masjid Al-Furqon seperti tiang kayu, plafon dan atap masjid masih asli sejak masjid itu dibangun.
Bahkan, sejumlah perlengkapan lain seperti mimbar berukir kaligrafi dan bedug yang terbuat dari kayu tembesu gelondongan masih utuh dan terawat hingga saat ini.
Tokoh masyarakat sekaligus Ketua Pengurus Masjid Al-Furqon, H. Syaiful Ardan (82) menceritakan, kala itu Masjid Al-Furqon dibangun secara gotong royong oleh warga di atas tanah hibah dari pejuang kemerdekaan yang juga berprofesi sebagai depati, yakni Hasan Kotib.
Masjid Al-Furqon merupakan satu-satunya masjid yang menampung seluruh masyarakat dari 9 marga/kelurahan atau yang biasa disebut Morge Siwe.
“Morge Siwe melaksanakan shalat di masjid ini, terutama pada saat salat Jum’at,” ujar Syaiful Ardan, Senin (3/3).
Dalam catatan sejarah, Syaiful Ardan menjelaskan bahwa Masjid Al-Furqon dibangun hasil dari musyawarah para pesirah dan depati se-Palembang Darussalam di kantor Nederland yang terletak di Benteng Kuto Besak (BKB).
Dalam pertemuan itu, para ulama mengusulkan membangun masjid besar mengingat minimnya tempat ibadah bagi umat Islam kala itu.
Dari tiap-tiap morge atau kelurahan seperti Perigi, Sukadana dan Jua-Jua hanya memiliki surau sebagai tempat ibadah umat Islam. Maka dari itu, para ulama lokal berdiskusi hingga sepakat menentukan di Kelurahan Jua-Jua akan dibangun masjid yang besar untuk pertama kali.
Dari usianya yang sudah tua, Masjid Al-Furqon tidak hanya bukti proses penyebaran Islam, tetapi juga menyimpan sejarah perjuangan di masa pergerakan kemerdekaan Republik Indonesia.
Di zaman penjajahan Jepang, Masjid Al-Furqon sering kali digunakan sebagai tempat rapat dan konsolidasi para pejuang kemerdekaan.
Syaiful Ardan mengungkapkan, untuk menghindari kecurigaan tentara Jepang, para pejuang melakukan rapat untuk menentukan waktu pengibaran bendera merah putih pertama kali di OKI.
“Kemerdekaan Indonesia diproklamirkan 17 Agustus 1945, namun warga OKI baru menerima informasi tiga hari setelahnya,” ucapnya.
Salah satu tokoh pejuang yang cukup dikenal sebagai katalis dari para pejuang, yakni Dokter AK Ghani yang pertama kali memberikan kabar dan mengajak rapat pejuang di OKI berkumpul untuk membahas proklamasi kemerdekaan.
Sejak seringnya mengadakan rapat di dalam masjid, sejak saat itu juga Masjid Al-Furqon menjadi pusat informasi pejuang kemerdekaan.
“Hingga para pejuang akhirnya berhasil mengumumkan kemerdekaan Indonesia secara terbuka dan bendera Merah Putih dikibarkan di pusat Kota Kayuagung pada 11 Oktober 1945. Sejak saat itu, tanggal 11 Oktober dijadikan sebagai momen hari lahirnya Kabupaten OKI,” pungkasnya.(NHW)
Komentar