Pemulihan Ekonomi, Program Agroforestry Tanam Pohon Sesuai Kebutuhan Masyarakat

Nasional56 Dilihat

BENGKULU.Mediapagi.co.id – Pelaksanaan Program Agroforestry di kawasan DAS Ketahun Provinsi Bengkulu yang merupakan DAS regional, melintasi lebih dari satu kabupaten/kota, dengan rincian luas bagian DAS yang berada di wilayah Kabupaten Lebong adalah 118.905 ha, di Kabupaten Rejang Lebong seluas 4.348 ha dan di wilayah Kabupaten Bengkulu Utara seluas 116.839 ha.

Adapun kegiatan yang telah dilaksanakan diantaranya Pembuatan Dam Pengendali (DPi), Pembuatan Dam Penahan (DPn) dan Pembuatan Sumur Resapan Air (SRA), sedangkan penanaman yang dilakukan diantaranya menanam pohon kayu-kayuan serta tanaman komoditas.

Kelompok petani tersebut didampingan oleh tenaga pedamping, sehingga dalam pelaksanaannya sesuai dengan RUKK yang ada. Sedangkan masyarakat yang dapat program tersebut, diharapkan ke depan taraf ekonominya makin meningkat.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) melalui Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (BPDASHL-Ketahun) dalam pelaksanaan program Agroforestry ini mencanangkan pemulihan ekosistem dengan menanami pepohonan serta tanaman yang tidak terlalu lama untuk siap panen. Adapun jenis tanamannya ini disesuaikan dengan karakter lahan serta tingkat kebutuhan masyarakat.

“Namun yang jelas, prinsif dasarnya bahwa kegiatan yang dilaksanakan kelompok tani bisa memberikan kontribusi bagi kelestarian, memperhatikan lingkungan sehingga bisa mewarisi lahan yang baik ke depannya,” ujar Taswin Dp Ketua LSM Mitra Kejati (22/7/2022)

Menurutnya, dalam hal ini tidak sedikit kendala yang dihadapi di lapangan dalam menjalankan program Agroforestry, karena masih banyak petani yang enggan menanami lahannya dengan tanaman keras, dengan alasan mengganggu pertumbuhan tanaman sayuran. Namun demikian, sosialisasi kepada petani secara step by step dan perlahan sangat diperlukan, agar mau bertanam pohon keras di lahannya, dengan memberikan pemahaman bahwa disamping pohon keras bisa pula dilakukan penanaman lainnya seperti sayur-sayuran dan buah-buahan.

Dari hasil pemantauan yang dilakukan tim di lapangan bahwa program agroforestry yang sudah digulirkan berjalan baik. Bahkan tampak diantaranya perbaikan lingkungan dan bangunan dengan pembatasan pembangunan di daerah rawan longsor oleh masyarakat petani. Serta langkah antisipasi lainnya untuk pengurangan bencana banjir antara lain dengan peningkatan kawasan resapan air di hulu sungai dan perbaikan kualitas lahan kritis.

Begitu pula, penanaman pohon-pohon kayu atau tanaman keras yang diharapkan dapat sebagai penyeimbang ekosistem lahan hutan dalam garapan program tersebut hingga kini sudah dukup berhasil, terbukti dari berkembang suburnya tanaman tersebut. Disamping juga tanaman komoditas seperti sayur-sayuran serta buah-buahan dan peternakan yang menjadi garapan petani sebagai ladang untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.

Seperti diketahui, program tersebut bertujuan untuk pemulihan DAS yang kritis, pulihnya fungsi daerah tangkapaan air dan meningkatnya pengelolaan hutan oleh masyarakat.

Munculnya program Agroforestry ini berawal dari Rencana Teknik Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (RTkRHL) kemudian ditindaklanjuti dengan Rencana Pengelolaan Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (RPRHL), lalu Rencana Tahunan Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (RTnRHL).

Hal ini bermula dari kunjungan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK)  Dr. Ir. Siti Nurbaya Bakar, M.Sc., bersama jajarannya ke Situ Cisanti,  Desa Tarumajaya, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung Kamis, (25/12/2014) silam.  Maka muncullah program Agroforestry, dengan memperbaiki ekosistem hutan dan lingkungan yang rusak dengan percepatan rehabilitasi lahan dengan bangunan konservasi tanah dan air (KTA) dam pengendali (DPi), dam Penahan (DPn), sumur resapan air (SRA) serta gully plug (GP).

Adapun tujuan dari pelaksanaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan ini dilaksanakan dengan dua cara yaitu melaksanakan dengan Agroforestry di luar kawasan hutan (pegetatif) dan sipil teknis, yang pelaksanaanya sama-sama bisa di luar kawasan hutan tapi masih di lahan masyarakat berupa bangunan konservasi seperti beronjong.

Adanya kegiatan Agroforestry ini diharapkan dapat terkendalinya erosi dan luas lahan kritis selain juga bisa berkurang dan bisa meningkatkan pendapatan masyarakat. Karena dalam kegiatan ini ada upah sehingga bisa menambah ekonomi rakyat dan diharapkan efek dari program Agroforestry ini masyarakat yang punya lahan meningkat penghasilannya. Disamping itu juga selain dari pertanian, mereka akan mempunyai cadangan kayu.


Lebih lanjut Taswin mengatakan, yang lebih penting dari program Agroforestry ini, banyak melibatkan kelompok-kelompok tani, dimana dalam pelaksanaannya dengan cara swakelola, mendapatkan respon positif dari berbagai pihak, khususnya masyarakat di wilayah DAS. Mereka menjadi antusias untuk menjaga dan memelihara wilayah DAS.  Bukan hanya itu saja, adanya program Agroforestry menjadikan perekonomian masyarakat saat ini mengalami titik terang, sebab program berbasis swakelola ini selain untuk memulihkan ekosistem lahan dan hutan juga memberikan dampak manfaat secara ekonomi dengan melakukan penanaman tanaman komoditas serta peternakan.

“Program semacam inilah yang ditunggu tunggu masyarakat. Sejauh ini, petani yang berada dekat hutan kerap menggantungkan hidupnya dari hasil pembalakan pohon hutan, sehingga lahan menjadi kritis dan erosi. Makanya ini adalah langkah inovatif yang menyeimbangkan penataan ekologi dan penataan ekonomi bagi petani” katanya

Agroforestry merupakan sebuah program yang berkelanjutkan, hingga diperlukan penyadaran dan pemahaman kepada para kelompok untuk terus bekerja dan membuktikan bahwa program agroforestry bisa terus berlanjut dan semakin berkembang karena hal ini sangat erat hubungannya antara penataan ekologi dan penataan ekonomi juga sisi sosial.

Karena program ini sangat memahami betul kultur petani yang tak mungkin lepas dari upaya kelangsungan hidup. Pasalnya dalam bantuan program tersebut digunakan untuk biaya pemeliharaan, biaya pasca panen, serta ada biaya-biaya lainnya. Dan hasil panennya justru para petanilah yang merasakan dan menikmatinya, dengan catatan tetap para tujuan awal yakni memperbaiki ekosistem alam yang rusak dengan melakukan pengendalian erosi lahan dan hutan.

Adapun menurut Kepala Balai BPDASHL Ketahun Taufik Siregar, program Agroforestri ini bersifat swakelola yakni dari petani, oleh petani dan untuk petani. Agroforesteri adalah tanaman kombinasi antara tanaman Kehutanan dan tanaman pertanian, ciri hasnya tataman kehutanan umurnya lebih dari 5 hingga 6 tahun, tetapi kalau tanaman pertanian 2 hingga 3 bulan sudah bisa dilakukan panen.

“Jika masyarakat menanam tanaman keras dan kayu-kayuan ’kasihan’, karena mereka harus menunggu panennya 5 hingga 6 tahun. Untuk memenuhi kebutuhan jangka pendeknya, maka kita kombinasikan agroforestri,“ tutur Taufik Siregar saat dihubungi melalui ponselnya ( 21/7/2022)

Beliau mengatakan, kegiatan agroforestri sudah sejak dulu dilakukan, secara tidak sadar di pekarangan-pekarangan rumah ada tanaman seperti kelapa, kayu-kayuan dan di dalamnya ada ternak sapi dan kambing itu dilakukan seperti agroforestry.

Diharapkan dengan adanya program agroforestri ini bermanfaat bagi masyarakat, sehingga perkembangan ekonomi masyarakat bisa cepat meningkat. (***)

Bagikan

Komentar